Rasa sayange di klaim sebagai milik SINGAPURA,..

jawapos [ Rabu, 18 Juni 2008 ]

SD Singapura pun Klaim Rasa Sayange
Mainkan Angklung-Kulintang di SD YPPI-1

SURABAYA - Acara lawatan budaya Yishun Primary School Singapore (YPSS) ke SD YPPI-1 Surabaya kemarin (17/6) penuh keakraban. Siswa kedua sekolah berbaur dalam aneka permainan anak-anak. Mereka juga bermain musik bareng dengan mengolaborasikan alunan suara anglung dan kulintang.

Rombongan YPSS terdiri atas 51 siswa dan 9 guru dipimpin kepala sekolah Chan Kwai Foong. Selain berkunjung ke SD YPPI-1, mereka juga memenuhi undangan untuk tampil dalam pembukaan Surabaya Full Music 2008 di Taman Budaya Jawa Timur, malam nanti.

Permainan angklung dan kulintang siswa-siswi kelas VI YPSS itu membuat kawan-kawannya di SD YPPI-1 terperangah. Sebab, anak-anak dari negara tetangga tersebut ternyata cukup piawai memainkan alat musik tradisional Indonesia itu.

Grup musik YPSS adalah juara pertama Singapore Youth Festival 2008 untuk penampilan musik tradisional. Di sekolah itu, musik angklung, kulintang, dan gamelan menjadi kegiatan ekstrakurikuler.

Menurut Kepala Sekolah YPSS Chan Kwai Foong, tiga musik tradisional Indonesia itu masuk kegiatan ekstra di sekolahnya karena untuk mengakomodasi keragaman etnis siswa-siswinya. ''Di sekolah kami banyak murid Melayu. Karena itu, kami perlu menyediakan kegiatan ekstra musik angklung, kulintang dan gamelan itu,'' ujarnya.

Yang mengangetkan, saat anak-anak Singapura itu tampil, seorang gurunya memberi pengantar bahwa lagu Rasa Sayange yang akan mereka mainkan adalah lagu Singapura. ''Rasa Sayange is a song from Singapore,'' ujar Kuek Ai Hsiang, guru tersebut.

Mendengar klaim itu, beberapa guru SD YPPI-1 tersentak, tapi tak protes. Mereka tidak ingin merusak suasana akrab yang sudah terbangun. ''Lho, kok bisa-bisanya mereka mengklaim lagu Rasa Sayange miliknya,'' ujar seorang guru SD YPPI-1.

Sebelum diklaim sekolah Singapura itu, lagu Rasa Sayange pernah diakui sebagai lagu milik Malaysia. Padahal, lagu tersebut merupakan lagu daerah masyarakat Maluku.

Kunjungan siswa-siswi YPSS ke YPPI-1 juga dimaksudkan sebagai studi banding. Mereka ingin melihat secara langsung permainan tradisional dan budaya Indonesia. YPPI-1 dipilih karena sekolah ini memasukkan seni tradisional dalam kurikulum. Selain itu, murid-murid YPPI-1 bisa berbahasa Inggris sehingga dapat berkomunikasi aktif dengan siswa-siswi YPSS.

Di samping main musik, siswa-siswi Yishun juga diajak bermain balapan congklak (bakiak), lomba makan kerupuk, dan main dakon.

''Ini sangat menyenangkan. Pemandangan di sini juga sangat menarik,'' Syamera, salah seorang murid Yishun.

Begitu tertariknya mereka dengan lomba congklak, pihak Yishun langsung memintanya sebagai oleh-oleh. (sha/ari)

3 komentar:

  Anonim

17 Juni 2008 pukul 20.38

tes

  Anonim

18 Juni 2008 pukul 00.12

aduhhh... masalah kayak gini lagi... siap2 dech mecah pikiran... pertama bbm, belom slese bbm ada FPI yang sucks banget..!! bis ini kayaknya ada bahasan baru nech... dan masalah sebelumnya pasti dilupakan juga.. PEACE...!!! :D

  Aku

18 Juni 2008 pukul 17.02

makasi komentnya jeng heweh..emang negara kita gak pernah lepas dari masalah jeng,...